Part 1 - Prolog

23 September 2008

Tyler, seorang murid SMA yang sangat pandai dan sungguh pandai bergaul. Dan karena prestasinya yang luar biasa, dia menjadi ketua OSIS sekarang. Dia tidak mempunyai orang tua ataupun keluarga lainnya. Kini dia tinggal bersama keluarga Madison sebagai orang tua angkat.

Setiap harinya Tyler pagi-pagi berangkat ke sekolah, kemudian mengikuti kegiatan penelitian Fisika di lab dan sore harinya dia mengikuti kegiatan olahraga. Banyak gadis-gadis yang menyukainya dan Tyler sering mendapatkan surat-surat setiap hari di dalam loker sepatunya. Tyler tidak pernah menjawab surat-surat mereka tetapi gadis-gadis itu tidak pernah patah semangat.

Hari yang paling menyebalkan bagi Tyler adalah hari ulang tahun dirinya. Karena sebenarnya dia tidak dilahirkan pada tanggal tersebut. Tetapi selama ini Tyler hanya diam saja dan menerima keadaan dirinya seperti itu. Dia hanya merayakan ulang tahun dirinya yang sebenarnya seorang diri saja di dalam kamarnya.

Hari itu adalah hari menjelang ulang tahunnya yang ke 17. Seperti yang sudah dilakukannya sejak 5 tahun yang lalu, dia menulis sebuah catatan panjang tentang dirinya selama setahun yang telah dilaluinya kemudian dia membaca catatan tahun sebelumnya lalu dia kembali menulis harapan-harapan untuk dirinya di tahun yang akan datang. Setelah menulis catatannya, dia mengambil 17 batang lilin-lilin kecil dan kue yang dibelinya di supermarket sebelum dia pulang ke rumah, dan korek api dari dapur. Dia lalu menancapkan ke 17 lilin itu di atas kue kemudian menyalakan semua ke-17 lilin itu. Setelah itu dia berdoa mengucap syukur dan memanjatkan permohonan, setelah itu dia meniup lilinnya. Anehnya, tepat saat dia ingin meniup lilin, tiba-tiba ada angin yang memadamkan semua lilin itu. Setelah semua lilinnya padam, dia mengucapakan "Happy birthday Tyler". Dia segera menghabiskan kue ulang tahunnya dan membuang semua lilinnya. Dia juga tidak lupa mengembalikan korek api ke dapur supaya kedua orang tua angkatnya tidak curiga.

Pagi harinya, ia bangun seperti biasa, sarapan lalu berangkat ke sekolah dengan semangat. Sesampainya di sekolah, dia dikejutkan oleh teman-temannya. Kata salah seorang temannya "Ada wanita cantik yang menunggumu dari tadi di pintu gerbang. Siapa dia? Kenalin dong ke gw."

Tyler sendiri bingung, dia tidak pernah berkenalan dengan wanita selain guru-guru, orang tua murid, dan teman-teman di sekolahnya. Akhirnya dengan ragu-ragu, Tyler melangkahkan kakinya menuju pintu gerbang. Wanita cantik itu langsung menyapa hangat Tyler, seolah-olah wanita itu kenal pada dirinya. Kemudian wanita itu menyerahkan sesuatu pada Tyler sambil berbisik "Ini hadiah ulang tahunmu dari kedua orang tuamu. Gunakan di saat kau membutuhkannya dan selamat ulang tahun" Kemudian wanita itu pergi meninggalkannya.

Tyler yang kebingungan dan keheranan merasa kehangatan dari ucapan "selamat ulang tahun" yang diterimanya pertama kali di hari yang benar. Tyler ingin mengucapkan terima kasih dan bertanya tentang kedua orang tuanya pada wanita tersebut, tetapi saat dia berusaha mengejarnya, bel masuk berbunyi dan satpam menahan Tyler untuk tidak keluar gerbang karena bel masuk sudah berbunyi. Akhirnya Tyler menyerah dan kembali ke kelasnya sambil membawa bingkisan tersebut.

Tyler menduga-duga isi bingkisan tersebut dan tidak sabar ingin segera membukanya. Akhirnya jam istirahat pun tiba, Tyler segera membuka bingkisan tersebut dan betapa senangnya Tyler mendapatkan sebuah handphone seperti yang dia inginkan selama ini. Sebuah handphone sederhana dan nyaman dipegang. Sekadar untuk mengirim SMS dan menelepon seseorang saja di saat yang penting. Di dalamnya dia melihat sebuah surat yang pada amplopnya bertuliskan "Simpan handphone itu dalam kantongmu dan buka surat ini saat kau sudah sampai di rumah. Salam sayang dari kedua orang tuamu." Setelah membaca pesan yang tertulis di amplop tersebut, Tyler langsung menyimpan handphone itu di dalam kantongnya dan menyimpan surat itu masuk kembali ke dalam tasnya.

Tepat setelah Tyler menyimpan bingkisan, surat, dan handphonenya, dua teman Tyler datang menghampirinya. Mereka adalah Clifland dan Dustan. Mereka mendatangi Tyler dan menjabat tangannya sambil berbisik "Selamat ulang tahun" Ya, hanya mereka berdua yang mengetahui dengan benar kapan Tyler ulang tahun yang sebenarnya. Tetapi karena Tyler meminta mereka untuk tidak mengatakannya pada orang lain, mereka pun diam dan memenuhi permintaan Tyler.

Clifland dan Dustan mengetahui tanggal kelahiran Tyler yang sebenarnya saat mereka bertiga sedang jalan-jalan di pusat kota. Karena keisengan teman-temannya, Tyler dipaksa untuk diramal. Dan hasil ramalannya ternyata memberitahu mereka bahwa tanggal lahir Tyler selama ini salah. Tadinya Tyler tidak mempercayai semua itu, tetapi peramal itu berhasil meyakinkannya.

Akhirnya, tiba pelajaran terakhir tepat sebelum sekolah akan dibubarkan. Tetapi guru-guru lama sekali tidak datang ke kelas. Akhirnya Tyler mencoba mencari guru di ruangan guru. Tetapi ruangan guru ditutup rapat-rapat dan sudah ada banyak ketua kelas yang berada di depannya ingin memanggil guru mereka masing-masing. Tyler pun mencoba mencuri dengar apa yang sedang dibicarakan oleh para guru sampai ruangan tersebut ditutup rapat-rapat. Tyler yang mencuri dengan tiba-tiba menjadi pucat wajahnya dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia pun hanya diam saja saat ketua kelas yang lain bertanya kepadanya tentang hal yang didengarnya.

Kemudian pintu ruangan guru pun dibuka dan semua guru pun tampak pucat dan terlihat kepanikan yang besar memancar dari wajah seluruh guru. Semua guru dan ketua kelas pun kembali ke kelas mereka masing-masing, tetapi Tyler hanya diam di sana menunggu gurunya, yaitu Bapak Bureig, yang juga menjabat kepala sekolah. Kemudian Tyler masuk ke dalam ruang guru dan menghampiri Bapak Bureig. Dia kelihatan sangat panik dan lemas. Keringatnya bercucuran dan membasahi semua bajunya. Tyler yang telah mencuri dengar pembicaraan tadi mencoba menenangkan Bapak Bureig. "Pak, kalau ada yang bisa saya bantu akan saya laksanakan. Kalau semua murid harus dipulangkan terlambat, saya akan segera mengatur acara yang bisa membuat semua murid bersedia meluangkan waktunya dan pulang terlambat."

Bapak Bureig yang tengah panik seperti tidak mendengarkan apa yang Tyler bicarakan. Lalu Tyler mencoba menyadarkan Bapak Bureig dengan memegang bahunya dan mencoba mendapatkan tatapan mata dari Bapak Bureig dan berkata sekali lagi. Kemudian Tyler berkata "Saya tadi sempat mencuri dengan pembicaraan Bapak kepada semua guru. Jika Bapak merasa kesulitan, coba katakan saja kepada kami. Mungkin kami bisa ikut membantu memecahkan masalah ini"

Tetapi Bapak Bureig tetap saja diam. Kemudian Tyler atas inisiatifnya sendiri kembali ke kelas sambil terus berpikir apa yang bisa dia lakukan untuk membantu mengatasi persoalan ini. Lalu Tyler mencoba mencari sekretaris OSIS, Kayla, di kelas sebelahnya dan meminjam buku catatan Geografi yang diajarkan oleh Bapak Bureig. Setelah itu Tyler kembali ke kelas dan memanggil sekretaris kelas untuk menuliskannya di papan kelas dan menyuruh semua anak mulai mencatatnya.

Sementara itu, dia memanggil Clifland dan Dustan untuk duduk di belakang menemaninya dan mengisyaratkan bahwa pembicaraan ini sangat rahasian dan sangat penting.

1 comments:

Anonymous said...

Lanjutin lagi donk ceritanya.
Penasaran dengan lanjutannya nih.