Setelah jam 4 lewat, akhirnya murid-murid sudah bisa dipulangkan. Bapak Bureig sudah bisa bernapas lega sekarang. Kepanikan dan kecemasan telah lenyap dari wajahnya.
Tyler, Cliflan, Dustan dan tentu saja Kayla harus kembali ke ruang pengurus untuk membereskan masalah bom yang tadi mereka temukan. Dustan langsung membuka pintu ruangan dan membuka lemari perkakas. Kayla langsung mengambil kantongnya dan memasukkannya ke dalam tasnya.
"Mau lu bawa pulang bomnya?" tanya Cliflan.
"Terus mau dikemanain? Lebih aman kalo tetep d kantong gw kan? Daripada lu yang bawa," jawab Kayla ketus.
Mereka pun lalu memberesi ruangan tersebut lalu keluar dari sekolah. Hari sudah sore, tak biasanya Kayla pulang sesore ini. Biasanya dia pulang bersama teman-temannya yang lain, tapi kali ini dia bisa-bisa pulang sendiri.
"Hey, Kayla, ikut yuk!" sahut Tyler.
"Ke mana?" tanya Kayla yang penasaran.
"Ke Town Mall. Kan Tyler mau traktiran," seru Cliflan.
Tanpa basa-basi, Kayla pun langsung mengikuti mereka.
Jalanan sore hari itu terasa sangat menyegarkan. Langit sore itu tampak cerah dihiasi gumpalan awan seperti kapas dan berhembus angin yang menyejukkan.
Jarak dari sekolahan ke Town Mall cukup dekat, hanya terpisah 2 blok. Lagipula, berjalan di tepi pantai pada sore hari cukup menyenangkan. Keempat murid "St. Nicholas" spesial itu berjalan menyusuri pantai lalu masuk ke dalam "Town Mall" dengan seragam kebanggaan mereka.
Mereka langsung menuju food court dan melihat-lihat makanan disana. Ini adalah pertama kalinya Kayla makan di food court "Town Mall" karena dia lebih senang memasak sendiri daripada harus makan di luar.
Tapi karena ketiganya temannya memakan makanan yang sama, Kayla merasa lebih baik mengikuti mereka saja tanpa bertanya apa-apa. Tyler hanya tersenyum melihat Kayla sambil memesan.
Setelah memesan, Tyler pun membayar semuanya dan mengambil nomor meja. Lalu mereka berempat mencari tempat duduk yang kosong di ujung dekat jendela yang mengarah ke pantai. Dan hari itu adalah hari keberuntungan mereka. Biasanya tempat duduk di ujung dengan pemandangan terbaik selalu ditempati, tetapi kali ini tidak. Mereka pun duduk dengan nyaman. Karena ini adalah pertama kalinya bagi Kayla, dia ingin duduk di kursi dekat jendela.
Tak berapa lama mereka duduk, Tyler merasa heran. Meja mereka menjadi pusat perhatian meja-meja lainnya. Tyler pun memberi tahu Cliflan dan Dustan yang duduk di seberangnya dengan bahasa isyarat. Cliflan dan Dustan pun menyadari kalau meja mereka menjadi pusat perhatian.
Untunglah, tak berapa lama makanan sudah datang di meja mereka. Anehnya, sang pengantar makanan selain mengantar makanan dia juga mengantar sebuah amplop untuk Kayla.
Penasaran dengan amplop tersebut, Kayla menanyakannya dari mana amplop tersebut dan untuk apa. Sang pelayan hanya memberi tahu kalau amplop tersebut dari seorang pemuda di meja yang tadi dilaluinya. Tentu saja pelayan itu tidak tahu isinya. Kayla menolak amplop tersebut dan menyuruh si pelayan untuk mengembalikannya.
Setelah selesai dengan urusan amplopnya, saatnya makan. "Astaga! Banyak banget!" seru Kayla.
Cliflan langsung tertawa terbahak-bahak. "Suruh siapa lu ikut mesen yang kaya kita."
"Abis gw bingung mau makan apa. Astaga!"
Tyler dan Dustan pun tak kuat lagi menahan tawa mereka. Cukup lama mereka tertawa sampai membuat pipi mereka sakit semua. Sementara Kayla masih kebingungan dengan cara menghabiskan makanannya.
Tyler yang duduk disampingnya langsung berkata "Tenang aja, ada kita kok. Pasti sanggup ngabisin punya lu."
Mereka pun makan dengan lahapnya. Berbeda dengan Kayla yang makan dengan santai, ketiga temannya makan dengan cepat seperti kelaparan selama 1 tahun.
"Astaga, kalian makan cepat betul," ujar Kayla.
Di tengah menyantap makanannya, seorang pemuda tampan datang ke meja mereka seraya memperkenalkan diri "Hai, gw Alfred! Kalian murid St. Nicholas kan?"
Tyler, Dustan, dan Kayla berhenti menyantap makanan mereka sementara Cliflan masih saja makan dengan lahapnya.
"Ya, kami memang murid St. Nicholas. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Dustan.
"Oh tidak, hanya saja saya tertarik dengan gadis yang duduk di meja ini," sahut pemuda asing itu.
"Maaf, Anda ada perlu apa dengan saya?" tanya Kayla.
"Saya ingin menjadi pacar Anda. Saya perhatikan dari tadi, sepertinya Anda masih single," jawab pemuda asing itu.
Cliflan langsung tersedak mendengar jawaban pemuda asing itu. Dustan segera menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.
"Saya rasa, Anda kurang berpengalaman dan Anda mengatakannya di saat yang salah" tukas Kayla.
"Saya Alfred, pemuda tertampan di kota ini. Belum pernah ada yang menolak saya sebelumnya, karena itu saya semakin tertarik dengan Anda. Bagaimana? Semua gadis pasti iri dengan Anda kalau Anda berkencan dengan saya," lanjut pemuda asing itu.
"Maaf, tetapi tampaknya Anda baru saja ditolak olehnya. Dan saya rasa, Anda telah mendapatkan jawabannya dari tadi. Kalau Anda tidak keberatan, kami ingin melanjutkan makan lagi," berkata kepada pemuda asing itu menggantikan Kayla.
"Maaf kawan, lu bukan pacarnya kan? Jadi jangan ganggu gw," lanjut pemuda asing itu.
Cliflan tiba-tiba bergerak hendak bangun, tetapi Dustan yang sudah tahu sifatnya langsung memegangi kedua bahunya kuat-kuat. Tetapi, ternyata Kayla yang berdiri dan membuat ketiga temannya tercengang. Kayla menatap tajam dan sinis kepada pemuda asing itu sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dustan yang melihat kepalan tangannya langsung memberi tahu Tyler dengan bahasa isyarat untuk bersiap-siap mencegah kalau-kalau Kayla melemparkan tinjunya ke pemuda asing itu.
Namun Kayla hanya diam saja dan tak berkata apa-apa. Setelah 5 detik menatap pemuda asing itu, kemudian Kayla duduk kembali dan menikmati makanannya dengan santai dan menganggap seolah semua tidak pernah terjadi. Pemuda asing itu pun lalu pergi meninggalkan meja mereka. Tyler, Cliflan, dan Dustan pun mengikuti Kayla dan melanjutkan makan mereka dengan lahap dan hanya diam seribu bahasa sampai makanan mereka habis.
"Ya ampun... kalian makannya cepet banget sih... Punya gw belon abis nih," sahut Kayla saat melihat semua piring mereka sudah bersih. "Punya gw masih banyak nih. Sop belon abis, daging asap masih ada, belum sayurnya juga. Jus-nya apalagi belon gw sentuh sama sekali. Mana perut dah rada kenyang lagi."
"Tenang aja, waktu masih panjang koq. Matahari aja masih nongol koq di situ. Lagian kita ke sini selain makan juga mau ngobrol sampai puas. Tentunya menginterogasi kamu," jawab Tyler sambil tertawa jahat.
"Mau nginterogasi apaan? Emang gw ada salah apa?" jawab Kayla sambil tetap berusaha mempercepat makannya.
"Sabar coba makannya. Buru-buru amat sih. Nanti keselek loh," ujar Dustan.
"Perlu bantuan?" timpal Cliflan.
"Lu makan banyak betul, Clif. Ntar jadi ga gesit lagi gw ga mau tanggung jawab ah," celetuk Tyler.
Kayla hanya tersenyum sambil memandang Cliflan. Dustan langsung menyenggol kaki Tyler dan melirik ke arah Kayla dan Cliflan. Tyler yang mengerti langsung berdeham "Ehem... keknya ada yang lagi kesengsem nih" sambil menyenggol pundak Kayla.
"Siapa yang kesengsem sama siapa?" tanya Kayla penasaran.
"Ya elu dul, " kata Dustan, "sama si rakus ini," sambil menepuk pundak Cliflan.
"Dah yuk, Tan! Jangan ganggu pasangan baru," timpal Tyler.
"Jangan aneh deh. Dah nih, bantuin gw ngabisin makanan gw. Tp jangan sentuh sayur dan jusnya," pinta Kayla.
"Serbu coy!" sahut Cliflan semangat.
Akhirnya makanan Kayla pun habis dalam waktu yang singkat. Tentu saja Cliflan yang paling gesit soal menghabiskan makanan. Tentunya mereka duduk sebentar sambil mengelus perut mereka yang kekenyangan.
Kayla tertawa kecil "Ternyata tiga orang terkeren di St. Nicholas kalau makan meninggalkan kewibawaan mereka."
"Ga ada hubungannya, La. Makan ya makan, kalo main ya main, kalo lagi kerja ya serius," jawab Dustan.
Tyler yang daritadi terus memperhatikan meja di sekitarnya merasa sangat tidak nyaman. Dustan juga sudah merasa resah daritadi. Ya, murid-murid St. Nicholas terkenal kaya raya dan eksklusif, membuat semua murid sekolahan yang lain geram. Terutama sejak kejadian tadi Kayla mencampakkan seorang pemuda.
Mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Tyler langsung mengajak Kayla untuk pergi. Sementara Dustan dan Cliflan mengikuti mereka dari belakang. Ternyata yang menjadi sorotan adalah Tyler dan Kayla.
Masih dalam Town Mall, Kayla ingin sekali masuk ke toko pernak pernik. Tyler mencoba mengatakan tidak baik jalan-jalan di sore hari dengan mengenakan seragam sekolah. Tapi Kayla tidak menggubrisnya. Tepat sebelum masuk ke dalam toko, Tyler langsung menarik tas sekolah Kayla. "Sebaiknya kamu masuk ke toko itu tanpa membawa tas," ujar Tyler.
"Dan selalu masukkan tangan kananmu dalam kantong rokmu itu," tambah Dustan.
"Lakukan saja dan jangan banyak tanya," timpal Cliflan sambil memperlihatkan tampang serius.
Kayla langsung menuruti semua permintaan mereka semua dan segera masuk ke dalam toko yang agak ramai itu. Cukup lama Kayla berada di dalam sementara Tyler terus memperhatikannya dari luar. Sedangkan Dustan dan Cliflan berada di kanan kirinya Tyler.
Saat Kayla hendak keluar, alarm toko berbunyi. Langsung seorang penjaga toko menghampiri Kayla. Sementara itu Tyler langsung menitipkan tas Kayla ke Cliflan dan tasnya sendiri ke Dustan. Tyler memasuki toko itu dengan kedua tangan berada dalam kantongnya.
Kayla heran, mengapa dia sampai didatangi penjaga toko. Seperti hendak mencuri saja. Saat penjaga toko mau mengatakan sesuatu, Tyler tepat ada disana dan meminta diurus di kasir saja.
Akhirnya mereka sampai di kasir, Tyler tepat dibelakang Kayla dan dalam 1 kedipan mata, tangan Tyler langsung beraksi dan mengambil sesuatu dari ikat pinggang Kayla.
"Kamu pasti mengambil sesuatu dari dalam toko ini sehingga alarm kami berbunyi," ujar penjaga toko.
"Tidak, saya tidak mengambil apa pun dari sini," ujar Kayla.
"Mengapa tangan kamu terus berada dalam kantong?" tanya penjaga toko keheranan.
"Periksa saja, tidak ada apa-apa di dalamnya."
"Keluarkan tangan kamu, biar saya periksa."
Tentu saja tidak ada apa-apa di dalam kantong rok Kayla dan Kayla diminta untuk berputar perlahan sementara penjaga toko memperhatikannya. Yah, semuanya sudah dibereskan oleh Tyler dan penjaga toko itu tak mungkin menemukan apa pun di situ.
Akhirnya penjaga toko menyerah. Tyler mengingatkan Kayla untuk memasukkan tangannya ke dalam kantong roknya. Kayla dan Tyler pun keluar toko tanpa masalah. Tentunya Tyler mengurus dirinya sendiri sebelum keluar toko.
"Tadi ada apa?" tanya Tyler.
"Empat teri dan satu ubur-ubur," jawab Dustan sambil menyerahkan tas Tyler.
"Ayo pulang dan jangan banyak tanya," ujar Cliflan sambil menyerahkan tas Kayla.
Kayla diam saja merasa ada yang aneh dengan ketiga temannya. Dustan langsung menggandeng tangan Kayla, sementara Tyler dan Cliflan di belakang mereka.
Cliflan langsung bergumam "Kayla."
Tyler mengangguk tanda mengerti. Cepat-cepat Tyler dan Cliflan mengapit Kayla. Cliflan langsung menepuk bahu Dustan dan Dustan pun melepas tangan Kayla. Mereka berempat langsung jalan beriringan.
Akhirnya mereka keluar dari Town Mall dan langsung berjalan menyusuri gang kecil. Tyler pun bernapas lega karena tidak ada "teri" setelah mereka keluar dari toko pernak-pernik.
Kayla yang daritadi penasaran akhirnya bertanya, "Daritadi ada apa sih? Kalian jadi berubah setelah makan."
"Kita kan selalu menjadi incaran teri. Lu baru pertama kali jalan-jalan pake seragam skolah kan?" jawab Cliflan.
"Emang kenapa kalo pake seragam? Teri itu apaan sih?" Kayla makin penasaran.
"Teri itu berandalan sekolah. Ubur-ubur itu brandalan yang bawa senjata, biasanya ketuanya," Tyler menjelaskan.
"Tentang seragam, itu karena sekolah kita orangnya berkesan eksklusif semua dan kebanyakan anak orang kaya. Mangkannya buahaya nih jalan-jalan sore pake seragam," lanjut Dustan.
"Btw, aus nih!" ujar Cliflan.
"Yuk, ngemil yang biasa," sahut Dustan.
"Hah? Ngemil? Lagi?" Kayla tak percaya.
"Tenang, cuma es koq," sahut Tyler sambil menarik lengan Kayla.
Mereka pun menyusuri gang dan berhenti di suatu warung untuk beli es teh manis yang dibungkus plastik kecil dan sudah dibekukan. Pemilik warungnya seorang nenek yang ramah. Tyler langsung membayarnya.
"Tak disangka, kita berjumpa lagi, nona cantik!"
Tiba-tiba pemuda asing, yang tadi datang saat mereka berempat makan di Town Mall, muncul lagi dan kali ini aneh dengan 4 teri dan 1 ubur-ubur yang tadi bertemu Dustan di depan toko pernak-pernik.
"Here comes the trouble," gumam Cliflan.
"Hei bung, sebaiknya kalian menyerahkan nona cantik itu daripada pulang dengan sedikit lecet," ujar pemuda asing.
Dustan langsung menarik tangan Kayla dan membawanya mundur ke belakang. Sementara itu Cliflan langsung maju ke sebelah Tyler. Nenek pemilik warung masuk ke dalam, entah apa yang akan dilakukannya.
"Alfred, sebaiknya kamu tidak mengganggu gadis itu," ujar Tyler.
"Lancang benar kau memanggil nama bos kami!" seru salah satu teri sambil mengacungkan pisau lipatnya.
"Tenang, kami tidak mau membuat masalah," ujar Tyler sambil memberi tanda pada Dustan. "Bagaimana kalau kita berdamai saja?"
Dustan langsung mencengkeram tangan Kayla yang masih gemetaran sambil berbisik "sanggup lari?"
Kayla mengangguk menjawab pertanyaan Dustan.
Tiba-tiba si ubur-ubur berseru "HAJAR!" sambil mengeluarkan tinjunya ke arah muka Tyler.
Tyler langsung menahan tinju si ubur-ubur dengan kedua tangannya. Pada saat yang bersamaan, si nenek pemilik warung sudah kembali dengan membawa tutup panci dan centong lalu langsung memukul-mukul tutup panci "TOLOOONG! TOLOOONG!" seru si nenek.
Warga sekitar gang langsung keluar setelah mendengar bunyi tutup panci si nenek.
"Ada apa ini?" kata salah seorang bapak yang kekar. "Heh, kamu, simpan pisau itu dan enyah dari sini! Jangan buat keonaran di sini!" bentaknya pada si teri yang memegang pisau lipat.
Untung saja, si nenek dan warga sekitar datang pada saat yang tepat. Kayla yang sangat ketakutan langsung jongkok dan menangis sejadi-jadinya. Si nenek langsung menghampiri Kayla dan menyuruhnya duduk. Tyler dan lainnya langsung berterima kasih kepada bapak yang kekar tadi dan warga sekitar lainnya. Warga sekitar di gang itu mengenal Tyler, Cliflan, dan Dustan karena mereka pernah menolong si nenek di tengah jalan dan sering bekerja membantu si nenek setiap Minggu.
Mereka berempat pun lalu pamit pulang kepada si nenek. Nenek tentunya berpesan agar hati-hati di jalan.
"Masih sanggup jalan, La?" tanya Dustan.
"Sanggup lah! Ngece banget lu," sahut Kayla.
"Baguslah. Soalnya kita lebih seneng menikmati jalan sore hari seperti ini. Bisa melewati taman bunga indah di belakang sana," sahut Tyler.
Yah mereka berempat pun pulang dengan melewati taman bunga yang kecil itu. Di sana Cliflan, Dustan dan Tyler membuka tas mereka dan mengambil botol minum mereka lalu menyiramkannya ke sana. Tampak pelangi dari air yang mereka siramkan itu dan sangat indah. Kemudian mereka pulang ke tempat mereka masing-masing. Tyler ke rumah orang tua angkatnya, Cliflan dan Dustan kembali ke panti asuhan, sedangkan Kayla pulang ke kosannya.
PENDING
-
Untuk sementara, blog ini tidak diupdate karena kesibukan dan urusan
penting lainnya.
16 years ago
0 comments:
Post a Comment