Part 3 - Hari yang Panjang

26 September 2008

"Satu bangsa? Maksud lu?" tanya Cliflan.

"Tyler, lu pernah mimpi tentang diri lu waktu kecil di tempat lain?" tanya Kayla.

"Pernah. Emang kenapa? Toh itu cuma mimpi. Jauh dari kenyataan jaman skarang ini" jawab Tyler.

"Lu Dustan? Lu juga pernah kan mimpi tentang mobil terbang? Lu juga Cliflan, pernah mimpi yang sama kan?" lanjut Kayla.

Dustan menoleh ke arah Tyler dan Cliflan yang tampaknya kebingungan semua. Mereka semua hanya terdiam, seolah menjawab ya dan seakan mengira Kayla adalah seorang peramal. "Lu sejak kapan bisa ngeliat mimpi orang lain?" tanya Dustan.

"Lu belajar ngeramal di mana?" timpal Cliflan.

Kayla tertawa terpingkal-pingkal mendengar pertanyaan mereka. Cukup lama Kayla tertawa sampai dia memegangi perutnya karena sakit. Sementara Tyler dan kedua temannya tambah kebingungan dan jadi saling memandang dan membahas mimpi mereka semua.

Aneh, mimpi mereka semua sama. Tentang mobil yang menggunakan tenaga matahari, tentang planet yang hijau, sejuk, dan bebas polusi. Tentang sekolah sihir, tentang kemampuan seseorang untuk terbang dan lain sebagainya.

Kayla akhirnya berhenti tertawa dan berkata hal yang aneh, tentang hal yang mustahil. Ya, Kayla berkata bahwa mereka berempat memang berasal dari sana. Tentu saja hal ini mengundang banyak pertanyaan bagi Tyler, Cliflan, dan Dustan.

"Bercanda lu! Ga mungkin lah kita dari sana. Gw mah ga rela pergi ke sini kalo gw dari sana. Gila, di sini panas banget coy!" Kata Cliflan sambil menatap penuh harap ke arah Kayla, seolah meminta Kayla untuk berkata ya pada mereka semua.

"Terserah lu mau percaya atau ngga. Tapi emang itu kenyataannya. Ntar juga lu tau sendiri. Hm... hari ini akan jadi hari yang paling panjang dan melelahkan. Percayalah!" ujar Kayla sambil tersenyum.

"Ngomong-ngomong, apa yang harus kita lakukan dengan bom ini?" tanya Tyler.

"Laporkan saja nanti setelah jam 4. Sekarang sembunyikan saja dulu di ruangan Pengurus OSIS. Gw pegang kuncinya koq," ujar Kayla.

"Lu kayanya udah memperhitungkan semuanya, Kayla. Mencurigakan. Makin mencurigakan," ujar Dustan.

Kayla hanya tertawa kecil menanggapi Dustan. Sementara Kayla mulai memimpin jalan ke arah ruang pengurus OSIS.

Ruang itu tidaklah sebesar ruang kelas. Sangat kecil & sempit, tapi cukup untuk menampung seluruh pengurus setiap pertemuan. Tempat itu ada di gedung yang terpisah dengan bangunan utama sekolahan itu dan bersebelahan dengan gudang.

Sesampainya di pintu ruangan, Kayla mengeluarkan kunci lalu membukanya. Kemudian Kayla masuk ke dalam diikuti yang lainnya.

Kayla menyuruh Tyler meletakkan bom itu di lemari perkakas karena hanya lemari itu yang ada kuncinya. Lalu Tyler meminta kunci lemari ke Dustan.

"Tapi kuncinya gw taro dimana ya? Seinget gw d lemari kabel deh. Coba gw cari dulu," ujar Dustan sambil cepat2 mencari.

"Swt lu. Klo kuncinya ilang gmana? Knapa ga lu satuin ama kunci kamer lu?" tanya Cliflan yang sedikit jengkel sambil membantu Dustan mencari kunci lemari.

"Nah ini dia," kata Dustan, senang. Langsung saja dia melempar kuncinya ke Tyler.

Saat Tyler membuka lemarinya, dia terkejut. "Aneh, koq ada bolu ya di sini?" Ujar Tyler yang keheranan.

Kayla hanya tertawa geli melihat ekspresi wajah kagetnya Tyler. "Hihihi. Lucu banget deh lu, Tyler. Expresi muka lu tuh aneh bener klo lagi kaget," ujar Kayla sambil mencolek krim di atas bolu lalu menempelkannya di hidung Tyler. "Nah sekarang jadi tambah lucu kan."

Cliflan dan Dustan pun tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah Tyler ya tercoreng krim bolu itu. Kayla menarik keluar bolunya sambil berkata "Yuk kita rayain ultah Tyler di sini. Pas nih bolunya uda dipotong jadi 4. Lu Tyler jangan diem aja kaya orang bego donk. Taro dulu bomnya!"

"Ini bolu lu yang taro ya, La?" tanya Cliflan sambil menjulurkan tangannya untuk mengambil sepotong bolu.

Belum sempat tangan Cliflan menyentuh bolunya, Kayla sudah memukul tangan Cliflan sambil berseru "Ga sopan! Yang punya hajat aja belum doa. Doa dulu dong"

"Tiup lilin dulu dong sebelum doa" timpal Dustan.

"Ga sekalian nyanyi dulu?" timpal Tyler.

"Boleh nyanyi dulu. Ayo semuanya samakan suara," kata Kayla semangat.

"Bedaaa!" sahut mereka bertiga kompak

Dan berkumandanglah lagu happy birthday. Dilanjutkan dengan meniup lilin kecil dari lemari perkakas. Kemudian Tyler pun berdoa.

"Akhirnya waktunya makaaan!" seru Cliflan semangat, sambil menjulurkan tangannya.

"PLAK" sekali lagi Kayla memukul tangan Cliflan.

"Dah dibilangin, tunggu yang punya hajat dulu," ujar Kayla agak kesal.

Tyler dan Dustan tertawa geli melihat mereka berdua. "Ngapain lu berdua ketawa? Sial... bukannya bantuin gw," ujar Cliflan.

"Ayo, Tyler ambil dulu!" kata Kayla.

"Iya cepetan tuh ambil. Gw kan juga mo makan," timpal Cliflan.

Dustan hanya tertawa geli melihat Kayla dan Cliflan, sementara Tyler mengambil bolunya. "Nah, sekarang uda boleh lu ambil, Clif," kata Kayla sambil menyodorkan bolunya ke arah Cliflan.

Cliflan langsung menyambar bolunya dan langsung menyantapnya dengan lahap. Padahal Tyler belum menyantapnya sama sekali. Dustan lagi-lagi tertawa geli melihat Cliflan yang mukanya sudah belepotan krim bolu. "Lu kelaperan banget ya, Clif?" Tanya Kayla yang merasa heran.

"Jelas aja kelaperan. Dari tadi kita semua kan belon makan. Rencana kan siang nanti mau gw traktir. Eh ga taunya ada kejadian kek gini" Tyler menjelaskan.

Dustan mengambil bolunya dan Kayla mengambil potongan bolu yang terakhir. Tetapi Kayla menyerahkannya ke Cliflan, karena dia tidak terlalu lapar sambil berkata "Nih buat elu aja. Gw ga gitu laper."

Sementara Kayla memasukkan bomnya ke dalam kantong hitam, Tyler langsung mendekati Dustan dan membisiki sesuatu di telinganya. Dustan hanya tertawa geli menanggapi si Tyler. Cliflan yang merasa curiga langsung mendekati Tyler "Lu bisik-bisik apa ke Dustan? Gw juga mau tau donk."

"Rahasia. Cuma gw ama Dustan yang boleh tau. Weee" ujar Tyler sambil menjulurkan lidahnya.

"Gw ke aula duluan ya. Ntar kalian beresin sendiri" ujar Kayla sambil berlalu ke arah pintu.

"Yo. Thank's ya bolunya" ujar Tyler yang masih sambil menikmati bolunya.

Saat Kayla tiba di aula, suasana masih seru dengan permainan. Kayla berputar mengelilingi aula untuk memperhatikan teman-temannya. Dia khawatir kalau berita tentang bom ini bocor. Tampaknya semua masih aman-aman saja. Para guru pun tidak menampakkan wajah yang cemas. Memang tidak semua guru ada di aula. Beberapa guru lainnya ada di ruang guru menunggu kabar dari pihak kepolisian.

Beberapa saat kemudian, Tyler, Cliflan, dan Dustan sudah menampakkan diri di aula. Tyler mencari Bapak Bureig, tetapi tampaknya beliau tidak ada di aula. Tyler pun meminta Dustan untuk mencari Bapak Bureig dan menanyakan tentang kabar dari kepolisian.

Sementara Cliflan mendekati koordinator permainan, Herry, menanyakan apakah bisa bertahan sampai jam 4 dengan permainan yang tersisa. Herry menggelengkan kepalanya "Gw rasa, kita semua udah cape. Ga mungkin bertahan sampai jam 4. Emang ada apa sih sampe kita harus pulang jam 4?"

Cliflan hanya menjawab "Sebaiknya lu nanya langsung sama Tyler. Dia yang paling tau. Gw bingung jelasinnya, ntar klo salah ngomong gw dimarahin sama dia."

Tyler mendekati Cliflan dan langsung saja si Herry menanyai Tyler dengan pertanyaan yang sama.

"Yah... katanya sih sekolahan ini lagi mau dapet promosi. Ga tau tuh promosi apaan, gw sendiri ga gitu jelas. Gw cuma diminta untuk nahan murid-murid biar ga langsung pulang" ujar Tyler santai.

"Alah... lu sendiri aja ga jelas, gw makin bingung jadinya. Untuk acara permainan selanjutnya, kita bakalan mainin kartu dalam kelompok yang kecil-kecil lalu melebar. Permainan uji analisa itu loh yang pernah kita mainin dulu waktu acara pelantikan OSIS.

Tyler menanggapi hanya dengan mengangguk saja. Tiba-tiba Kayla memanggil Tyler dan Cliflan ke luar aula. "Tampaknya polisi sudah datang. Jangan katakan kalau kita sudah menemukan bomnya, nanti mereka akan curiga. Dan kita akan kesulitan untuk menjelaskan semuanya," ujar Kayla yang agak cemas. "Sekarang kita harus memberi tahu Dustan untuk tidak mengatakan apa pun.

"Tenang saja, Dustan tidak akan mengatakan sepatah kata pun. Kami semua kan berpura-pura menganggap tidak ada bom sama sekali," ujar Tyler mencoba menenangkan Kayla.

Dustan pun muncul di saat Tyler baru selesai mengatakan hal itu. "Ya tenang saja, karena aku sudah ada di sini, La" yang muncul dari belakang Kayla.

"Tapi gw khawatir ama anjingnya. Gimana klo bubuk mesiunya kecium anjingnya?" Tanya Tyler yang berusaha tetap tenang.

"Tenang aja, kantong punya gw akan menghilangkan semua benda yang gw masukin dan hanya akan keluar kalo gw mau benda itu keluar," ujar Kayla.

"Wah... berarti kita bisa nitip apa aja donk ke Kayla," timpal Cliflan.

"Kantong apaan sih itu?" tanya Dustan penasaran.

"Ya sebut saja kantong ajaib, tapi bukan kaya di kartun Doraemon. Ya sama seperti HPnya Tyler yang unik itu," jawab Kayla.

Akhirnya polisi memeriksa sekolahan itu dengan cepat, termasuk gudang dan ruang pengurus OSIS. Saat hendak memeriksa aula, murid-murid disuruh kembali ke kelas masing-masing untuk mengambil tas mereka.

Waktu yang tersisa hanya tinggal setengah jam. Setengah jam yang akan sangat panjang bagi semua murid dan semua guru di sekolah mana pun di kota tersebut.

0 comments: